KUDUS – jursidnusantara.com Tradisi Kirab Tebokan Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, kembali digelar secara meriah dan megah. Berbagai atraksi ditampilkan oleh warga Desa Kaliputu sebagai wujud Nguri-uri kearifan lokal. Rabu, 19 Juli 2023.
Istilah tebokan, merupakan asal muasal dari kata tebok yang merupakan tampah atau tempat untuk meletakkan jenang. Adapun Kirab Budaya Tebokan Jenang Tahun 2023 dimulai dari pukul 14.00 – 17.00 WIB.
Menurut salah satu Sesepuh Desa Kaliputu Bejo Suyanto mengatakan, Centra jenang Kudus kali pertama adalah di Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus.
Dahulu ada kisah yang menjadikan Desa tersebut menjadi centra jenang. Dahulu Cucu Mbah Depok Sopoyono hanyut di sungai. Setelah ditemukannya sang cucu tadi, dia dinyatakan meninggal. Akan tetapi di waktu yang bersamaan ada dua orang wali yakni, Sunan Kudus dan Raden Syaridin.
Sunan Kudus menyatakan bahwa anak itu telah meninggal dunia, berbeda dengan Raden Syaridin yang menganggap dia masih hidup.
Beberapa kali berdebat, akhirnya Raden Syaridin menyarankan untuk membuatkan Bubur Gamping untuk si cucu. Bubur Gamping adalah olahan makanan berbahan dasar beras dengan sedikit tambahan garam. Setelah diberi makan bubur tersebut, cucu Mbah Depok Sopoyono terbangun.
Dengan adanya peristiwa ini, Sunan Kudus berkata “Rejaning Jaman Wong Kaliputu iki Pangukojiwane Soko Bubur” dan hal ini diyakini hingga sekarang yang menjadikan jenang sebagai mata pencaharian warga Desa Kaliputu.
Usaha bubur di Desa Kaliputu bermulai sekitar tahun 1800 akhir, dimulai adanya seorang pengusaha bubur bernama Mbah Haji Abdullah, beliau berjualan bubur di Pasar Kliwon, dalam berjualan sudah memberi nama merk dan sudah dibungkus walaupun menggunakan daun pisang, inilah yang menjadi keunikan jenang kala itu.
Sementara itu, Kepala Desa Kaliputu Widiyo Pramono mengatakan, ada juga tradisi Tebokan, yang menjadi nilai lebih sejarah jenang di Desa. Dimulai tahun 2006, tradisi Tebokan diselenggarakan. Berawal dari inisiatif untuk peringatan Tahun Baru Islam atau satu Muharam sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT.
Dibentuklah sebuah kirab menuju masjid, yang diikuti oleh anak-anak yang belajar mengaji dengan membawa jenang dan jajan pasar lain. Menggunakan tampah dan diletakkan di kepala. Seiring berjalannya waktu dimana peserta yang mengikuti kirab ini semakin banyak, terjadi perpindahan tempat yang awalnya di masjid menjadi di Balai Desa Kaliputu.
“Tradisi Kirab Budaya Tebokan Jenang Desa Kaliputu ini, harus tetap berjalan sebagai upaya mengenalkan generasi muda tentang kebudayaan”, ungkapnya.
Selain itu ada potensi wisata religi yakni makam keluarga Sedo Mukti, trah Tjondronegaran dan makam Drs. RMP Sosrokartono. Di area pemakaman seluas dua hektar itu terdapat sekitar 350 makam dan juga kapling calon-calon makam dari keluarga trah Tjondronegaran.
Kades Widiyo menambahkan, makam keluarga Sedo Mukti didalamnya juga ada makan dari Kandjeng Kyai Adipati Ario Tjondronegoro III yang merupakan Bupati Kudus ke 3 pada zaman Hindia Belanda.
Terdapat juga makam dari RMP Sosrokartono yang merupakan kakak dari RA Kartini. Adipati Ario Tjondronegoro merupakan kakek buyut dari RMP Sosrokartono yang ayahnya menjadi Bupati di Jepara. RMP. Sosrokartono dilahirkan pada tanggal 10 April 1877.
Supriyono Ketua Pokdarwis Desa Kaliputu mengungkapkan, centra jenang kali pertama memang ada di Desa Kaliputu dan sampai saat ini mata pencaharian masyarakat Desa Kaliputu memang membuat jenang.
”Pasaran jenangnya juga sudah sampai ke luar Jawa. Sedangkan makan keluarga Sedo Mukti, ramai dikunjungi peziarah, terutama para pelajar yang akan menghadapi ujian. Yang didatangi makam RMP Sosrokartono, menjadi sosok tauladan dalam dunia pendidikan,” ungkapnya.
Kami berharap kegiatan Kirab Tradisi Budaya Tebokan Jenang Desa Kaliputu berharap kegiatan tahunan seperti ini harus dikolaborasikan dengan kegiatan yang lain yang dapat meningkatkan ekonomi warga Desa Kaliputu.
“Semoga ke depan kegiatan Kirab Budaya Tebokan ditambah dengan kegiatan seperti pasar murah, tempat bermain dan lain-lain”, harapnya.
(Elm@n)