KUDUS – jursidnusantara.com Hujan yang menguyur Kota Kretek dengan intensitas sedang yang mengguyur wilayah Kudus sejak Rabu hingga Kamis, 22-23 Januari 2025 menyebabkan Sungai Wulan meluap. Hal tersebut berdampak pada sejumlah area rendah di Kecamatan Jati dan Kecamatan Kaliwungu mulai terendam banjir.
Sebanyak enam desa di Kabupaten Kudus kebanjiran karena luapan Sungai Wulan. Dampaknya, akses warga di Dukuh Karangturi, Desa Setrokalangan, terputus karena terendam banjir sampai 1 meter. Genangan banjir merendam jalan menuju Dukuh Karangturi. Kedalaman banjir bahkan mencapai 1 meter.
Akibatnya jalan tersebut lumpuh sepanjang 1 kilometer lebih. Warga terpaksa beraktivitas menggunakan perahu.
Didik Handoyo Kepala Desa (Kades) Setrokalangan, mengatakan, akses jalan di Dukuh Karangturi tidak bisa dilewati lagi. Baik menggunakan kendaraan maupun jalan. Sebab ketinggian genangan banjir terus bertambah.
“Akses jalan di Dukuh Karangturi sudah tidak bisa di akses oleh sepeda maupun kendaraan lain. Untuk dialihkan akses lewat RW 2 tapi kondisinya tidak bisa diakses,” kata Didik, pada Jumat, 24 Januari 2025.
Didik menjelaskan bahwa genangan banjir di wilayah terus bertambah selama dua hari belakangan. Hal ini disebabkan karena limpasan Sungai Wulan yang mengarah Serang Wulan Drainase (SWD) akhirnya melimpas ke permukiman Desa Setrokalangan.
“Ada dua SD terdampak. Sejak kemarin dan sudah diliburkan,” jelasnya.
Karena itu, Didik berharap kepada pemerintah yang sedang melakukan normalisasi Sungai Wulan agar akhir tahun diselesaikan dengan cepat.
“Agar ketika terjadi debit tinggi dari Bendung Kelambu tidak melimpas besar ke SWD 1 yang kemudian berdampak ke desa kami,” harapnya.
Terpisah, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kudus, Mundir menjelaskan, wilayah yang kebanjiran meliputi Kecamatan Kaliwungu ada lima Desa yakni Desa Setrokalangan, Kedungdowo, Banget, Garung Kidul, dan Blimbing Kidul. Sementara di Kecamatan Jati ada Desa Pasuruan Lor. Adapun untuk akses jalan di Setrokalangan sudah diberikan bantuan perahu.
“Sudah kami siapkan dua perahu dan pemerintah desa satu jadi total ada tiga perahu,” ujarnya.
“Tapi memang mengoperasikan di sana dari warga setempat. Biar mandiri,” imbuhnya.
Dia menjelaskan ketinggian genangan banjir mencapai 1 meter. Total terdampak luapan sungai Wulan di lima Desa Kecamatan Kaliwungu dan Kecamatan Jati, total ada 1.091 KK dengan 3.556 jiwa, serta pengungsi ada 9 jiwa di posko Pasuruan Lor.
“Lalu 140 hektare sawah terendam. 185 rumah terendam data sampai hari ini,” jelasnya.
Sementara itu, Fiza Akbar Camat Jati mengatakan, bahwa kondisi seperti ini bukanlah pertama kalinya terjadi di wilayahnya.
“Ini memang menjadi daerah rawan banjir setiap musim hujan, terutama karena posisinya yang rendah. Saat debit Sungai Wulan meningkat, air tidak mampu mengalir dengan baik dan meluap hingga ke pemukiman dan persawahan warga,” katanya.
Ada warga yang memilih tetap bertahan di rumah, namun ada juga yang memilih untuk mengungsi. Namun, kami bersama BPBD sudah menyiapkan tempat pengungsian jika situasi memburuk.
Sementara itu, di wilayah Kecamatan Kaliwungu sejumlah desa juga mulai terendam banjir akibat limpasan air spillway Goleng, pada Kamis (23/1) meski belum ada warga yang dievakuasi akibat genangan tersebut.
Satria Agus Himawan Camat Kaliwungu mengatakan, berdasarkan situasi di lapangan, genangan air banjir mulai terjadi di wilayah Desa Setrokalangan, Kedungdowo, Garung Kidul, Banget, dan Blimbing Kidul.
Secara rinci, di Desa Garung Kidul genangan terjadi pada jalan Desa Garung Kidul yang merupakan akses menuju Dukuh Karangturi dengan ketinggian genangan air sekitar 20-100 Cm sepanjang 1 Kilometer lebih yang membuat ruas tersebut tidak dapat dilalui kendaran.
Genangan air yang terjadi diakibatkan limpasan air pada Spillway Goleng. Genangan dikhawatirkan terus meningkat jika debit Sungai Wulan juga terus naik.
Kami juga memantau kondisi tanggul Sungai Wulan untuk mencegah rembesan yang bisa menimbulkan banjir lebih parah.
“Kami terus melakukan asessment untuk memantau situasi di lapangan,” pungkasnya.
(Elm@n)