PATI,jursidnusantara.com || beberapa sekolah menengah lanjutan pertama (SLTP) merasa wilayah zonasinya diobok-obok oleh sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs). Selain itu ada beberapa MTs yang dalam PPDB (proses penerimaan peserta didik baru) diduga menggunakan cara kurang baik, yakni dengan propaganda SARA.
Terkait dengan keresahan beberapa sekolah, awak media ini mencoba menggali lebih dalam dengan meminta pernyataan dari sejumlah kepala sekolah. Dari pendapat beberapa kepala sekolah memberikan pernyataan yang senada.
Jawaban yang disampaikan oleh pihak sekolah SMP N Jaken 1 mengatakan bahwa hal tersebut memang benar. “Dalam PPDB MTs memang tidak ada sistem zonasi jadi mereka bebas yak-yakan (kemana-mana) bahkan keluar kabupaten, seperti yang dilakukan oleh MTs N 4 Rembang, biarpun dari kabupaten lain mereka mencari siswa baru hingga ke wilayah zonasi kami, bahkan sosialisasi dari rumah ke rumah”, ungkap Heri wakil kepala sekolah SMP N JAKEN 1 beserta kepala sekolahnya.
Lebih lanjut Heri mengatakan, “memang tidak salah jika yak-yakan ke wilayah zonasi kami, tetapi karena jaraknya yang cukup jauh setidaknya mereka kasih kesempatan kepada kami yang punya zonasi di sini” kata Wakasek Heri.
“yang kami sayangkan lagi mereka dalam sosialisasi menggunakan propaganda bahwa sekolah umum kurang baik dalam beragama, kalau pengin masuk surga sekolahlah di MTs, maka dijamin masuk surga, ini kan mengatakan bahwa kami tidak mengajarkan agama, padahal sekolah kami juga mengajarkan taat beribadah, dan itu ada di mata pelajaran kami, juga kami ada sholat berjamaah, zikir bersama, pengajian dan kegiatan lainya”, ujar Heri yang dibetulkan oleh Kepala sekolah Slamet Suladi, S.Pd,.M.Pd.
Hal senada disampaikan oleh kepala Sekolah SMP N Pucakwangi 1 Moh Subagyo, S.Ag,.MPd. “sekolah kami dikelilingi oleh banyak MTs dan mereka semua masuk wilayah Zonasi kami, memang mereka tidak menyalahi aturan, namun sayangnya mereka mempropaganda dalam setiap acara sosialisasi dan pengajian bahwa jika pengen punya anak Sholeh, bisa mendoakan orang tua dan jaminan masuk surga, maka sekolahkan anak-anak di MTs” ungkap Subagyo saat ditemui awak media. Senin (13/02/23)
Subagyo mengatakan bahwa pihaknya pernah sampai mendatangi salah satu guru/ustad yang menebar propaganda tersebut. “Orang yang menebar kata-kata tersebut sampai saya datangi dan meminta maaf, selain itu juga bersedia meralat atau meluruskan perkataanya di hadapan para jamaahnya”, kenang Subagyo.
Berkaitan dengan hal tersebut awak media mengkonfirmasi ke MTs yang disebut telah mengganggu. Salah satunya MTs N 4 Rembang. Ketua PPDB Drs. Khudlori, M.Pdi menampik hal yang dituduhkan kepadanya, “tidak benar mas kalau kami dibilang mempropaganda seperti itu, memang kami sosialisasi ke MI dan SD di daerah Jaken tetapi semua atas ijin kepala sekolah terkait, tapi kalau untuk sosialisasi dari rumah ke rumah itu tidak benar”, ungkap Khudlori.
“Dalam sosialisasi kami hanya menyampaikan program-program unggulan kami dan pilihan kami serahkan kepada mereka, tidak kami ikat dengan seragam atau apapun, hanya kami kasih souvenir gantungan kunci, itu saja”, imbuhnya.
Harapan beberapa kepala sekolah SLTP dalam PPDB mereka menggunakan persaingan yang sehat tanpa harus mengangkat propaganda agama. Sehingga tidak ada persaingan yang tidak sehat dan saling menghormati antar sekolah sehingga terjalin keharmonisan dalam dunia pendidikan.
/Tim.